ceritanya gi pengen nulis panjang, so... aku bikin aza suka-suka ku...
bole dibaca n dikomentarin ya....
ceritanya ini mo dibuat bersambung
sampe hari ini baru aku tersusun segini
sok dinimatin yah,.....
ntar klo aku gi mood aku terusin lagi kisahnya..
LONAL UNIVERSE
BAB I
Sang Raha gundah, Lonal Universe yang dipimpinnya menjadi
perbincangan panas di mayapada. Hujatan dan cercaan tertuju tajam padanya. Lonal
Universe dituduh sebagai perguruan koin emas. Kemampuan yang diperoleh lulusan
Lonal Universe dianggap dapat diperjualbelikan. Seberapa banyak koin emas yang
dimiliki sang anak didik menunjukkan seberapa banyak kemampuan yang akan
diterimanya. Massa meminta Lonal Universe dibubarkan, alur pendidikannya
dianggap salah kaprah dan sudah menyimpang jauh dari ajaran para pendahulu.
Kini, wajah tampan Sang Raha tertekuk, beberapa helai rambut
putih mulai merayang-rayang dikepalanya, dia tidak tua, tidak juga muda, usia
yang cukup matang untuk memimpin sebuah perguruan olah jiwa sekelas Lonal
Universe. Sebagai perguruan olah jiwa tertua dengan reputasi terbaik di
Metroville, Lonal Universe menjadi tujuan utama para pencari ilmu olah jiwa. Siapapun
yang berhasil menamatkan pendidikan di Lonal Universe, dijamin mampu menjadi
Ksatria Abadi sesuai kemampuannya.
Sang Raha memutari meja bundar di ruang kerjanya. Sebuah
ruangan futuristik berbentuk heksagonal yang tak biasa, bukan karena tanpa alat
pendingin ruangan saja, namun juga tanpa jendela. Ruangan Sang Raha mendapat
ventilasi udara dari atap bertingkat yang disusun seperti tiga piring terbalik
dimana piring terkecil ditaruh di tempat teratas, diantara susunan piring itu
terdapat rongga menganga yang disangga dua pasang tiang kiri dan kanan setinggi
satu meter. Sang Raha sudah terbiasa dengan itu, dia hanya ingin berkomunikasi
dengan Yang Diatas. Baginya, ruangan itu sudah cukup memberikan kenyamanan
spiritual diantara padat merayap agenda kerjanya. Ruangan Sang Raha terletak di
lantai sembilan, lantai tertinggi gedung utama Lonal Universe. Untuk mencapai
ruang kerjanya, tak banyak yang tahu kalau Sang Raha selalu menggunakan tangga
darurat dan hampir tak pernah menyentuh elevator.
Sekali lagi Sang Raha memutari meja kerjanya, seakan
meyakinkan tidak ada yang salah dengan semua mesin yang berfungsi diatas meja
itu. Jubah yang dikenakannya menjuntai semata kaki, berwarna khaki. Telunjuk
dan jari tengahnya memainkan mouse laptop tanpa maksud, sambil tetap berdiri
Sang Raha menatap tajam layar komputer portable itu dalam waktu 5 detik.
Sebelum sepasang mata Sang Raha berkedip, laptop itu mati dengan sendirinya.
Setelah meninggalkan pesan singkat pada Abdinya, Sang Raha
bergegas turun dari ruangannya memasuki pelataran loby gedung utama Lonal
Universe saat matahari penuh terbenam. Kaki lincahnya seakan berlomba dengan
degupan jantung, satu persatu anak tangga itu dilaluinya, dengan tubuh jangkung
atletis yang terlatih untuk berlari cepat, Sang Raha berhasil menuruni sembilan
lantai gedung utama Lonal Universe dalam waktu tiga menit. Terkadang sambil
terpejam Sang Raha menghitung jumlah anak tangga disetiap putaran. Masih sama
gumamnya. Seratus delapan puluh anak tangga. Dua puluh setiap putaran. Sampai
dibawah, Sang Raha merasa perlu mengatur ritme nafas sambil menunggu mobil
dinasnya meluncur bersama Sang Abdi.
“Anda lebih cepat empat detik, Tuan.” Ucap Sang Abdi sambil
membukakan pintu mobil.
“Aku hanya ingin bergegas, Davar.” Jawab Sang Raha.
“Sancturia sudah sampai di Centera, Tuan.” Kembali Sang Abdi berbicara sambil menginjak kopling dan memasukkan gigi satu pada persnelling dengan tangan kirinya.
Davar, Sang Abdi, perempuan bertubuh mungil, berambut
keriting, berkulit secoklat meranti, senantiasa berpakaian dengan nuansa gelap,
berusia sekitar tiga puluh limaan, raut mukanya datar tanpa ekspresi. Baginya,
ucapan yang keluar dari mulut Sang Raha adalah titah. Davar nyaris seperti
robot supercerdas dengan tingkat akurasi sangat tinggi dan nihil kesalahan.
Bagi Davar, Sang Raha adalah tuhan yang kelihatan, maha pengasih dan maha
penyayang, karenanya jangan kecewakan Sang Raha bila tak ingin azabnya datang.
Malam ini, Davar harus mengantar Sang Raha menemui
Sancturia, pertemuan ini sangatlah penting untuk menentukan nasib Lonal
Universe. Bila Sancturia menerima tawaran Sang Raha, secercah harapan akan
terbit di ufuk timur, Lonal Universe tidak akan dibubarkan massa. Sebaliknya,
bila Sancturia menolak kerjasama ini, niscaya nasib Lonal Universe diujung
tanduk, dan Sang Raha terancam masuk bui.
Tiba di loby Centera, gedung pertemuan bergaya mediterania yang
sering digunakan para pembesar merayakan hari istimewa mereka itu tampak anggun,
warna kuning gading catnya tertimpa cahaya lampu pijar dari pelataran parkir, langit-langitnya
tinggi, jendelanya rumit, kaca-kacanya berukir menawan. Davar sengaja memesan
tempat privat agak terpencil di balkon lantai tiga, alasannya sangat prinsipil,
Sang Raha tidak suka ruangan berpendingin.
“Tadata Sancturia, aku yakin engkau mau membantuku
saudaraku.....” suara Sang Raha memecah kesunyian malam.
“Tuan, terlalu berlebihan rasanya bila seorang Sancturia
mengemban tugas ini.” Sancturia menunduk takzim
“Tidak Tadata.... harus ada yang menyatukan ordo-ordo,
terlalu berbahaya bila mereka dibiarkan jalan sendiri-sendiri, dan karena
mereka begitu beragam, yang harus menyatukan mereka adalah seseorang dengan
kekuatan beragam pula, dan kau lah orang yang tepat Tadata, satukan kesembilan
ordo itu, aku akan tetap mengawasi dari jauh, ini penting untuk meredam hawa
panas di luar sana, mereka sedang marah padaku, apapun yang keluar dari mulutku
akan dikecam, Lonal Universe perlu tambahan energi Sancturia, aku tidak
menginginkan lagi ada ordo yang berbuat sewenang-wenang, atur mereka menjadi satu kesatuan yang seragam. Kalau ada salah
satu ordo yang menentang, kau tahu prosedur apa yang harus dilakukan. Kumohon
kerjasamamu...” suara Sang Raha tercekat di tenggorokan.
Sancturia menunduk lebih dalam.
No comments:
Post a Comment